Selasa, 10 Desember 2013

PANEN LELE 2BULAN

Ada beberapa factor yang harus diperhatikan agar lele bias dipanen pada umur dua bulan sejak tebar bibit. Factor-faktor ersebut berhubungan dengan pakan, pemberian suplemen, pola pemberian pakan, pengontrolan, dan kebersihan air.
A. JENIS PAKAN
Dalam usaha pembesaran, biasanya pembudidaya memberikan dua jenis pakan, yaitu makanan pokok berupa pelet ikan tipe FF999, 781-SP, 781-2, dan 781 serta pakan alternatif atau tambahan.
Pemberian pakan tambahan selain bertujuan untuk menghemat biaya pakan, juga untuk menggenjot pertumbuhan lele. Pakan tambahan tersebut bisa berupa keong mas, bekicot, limbah peternakan, limbah pemotongan hewan, limbah ikan, dan ikan sisa tangkapan nelayan.
ü Pakan alternatif
1. Keong mas dan Bekicot
Keong mas dan bekicot mengandung protein yang tinggi dan sangat baik untuk memacu pertumbuhan lele. Keong ,as dan bekicot merupakan hama dan sekaligus musuh petani. Jadi, pemanfaatan keong mas dan bekicot sebagai makanan tambahan lele mempunyai fungsi ganda, selain memberantas hama tanaman, juga untuk menghemat biaya pembelian pakan.
Sebelum diberikan ke lele, camgkang keong mas atau bekicot harus dopecah, kemudan dagingnya dipisahkan dari cangkang tersebut. Agar pemberian pakan merata, sebaiknya cincang daging bekicot atau keong mas terlebih dahulu sebelum diberikan ke lele. Tebarkan daging tersebut secara merata ke dalam kolam pembesaran. Ukuran bibit lele yang sudah bias diberi pakan tambahan yakni sebesar jari kelingking.
2. Limbah Peternakan
Limbah yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya lele berupa ayam mati yang dapat diperoleh di tempat penampungan atau pada tukang potong ayam. Ayam tersebut biasanya mati akibat terjepit atau berdesak-desakan selama dalam perjalanan menuju tempat pemotongan.
Ayam mati tidak bias langsung diberikan ke lele. Ayam harus dibakar hingga bulunya habis. Setelah itu, ceburkan ayam ke dalam kolam. Lele akan segera memakan santapan tersebut hingga habis. Pemberian pakan ini tidak boleh melebihi kebutuhan lele. Sisa pakan yang berlebih bisa mencemari dan mengotori air kolam. Kolam yang kotor mengundang tumbuhnya berbagai bibit penyakit.
3. Limbah Pemotongan Hewan
Ada dua macam limbah pemotongan hewan yang bisa diberikan ke lele, yaitu darah dan jeroan hewan. Darah hewan sangat baik untuk pertumbuhan bibit lele karena mengandung gizi yang tinggi. Darah hewan yang bisa diambil di antaranya darah kambing, darah sapi, atau kumpulan darah ayam potong. Sebelum diberikan, darah tersebut harus direbus hingga beku ataumenggumpal (marus). Namun, pemberian marus ini agak riskan, karena air cepat kotor. Karena itu, marus harus dicampur dengan pakan utama berupa pelet yang diseduh dengan air panas.
Selain darah, jeroan ayam potong juga bisa diberikan sebagai pakan lele. Limbah pemotongan hewan ini bisa diperoleh di tempat pemotongan hewan atau ayam potong.
4. Limbah Ikan dan Sisa Tangkapan Nelayan
Limbah ini bisa diperoleh di penjual ikan atau pada usaha pemindangan ikan. Pemanfaatan limbah ikan ini, selain baik untuk pertumbuhan lele, juga merupakan cara menghemat biaya pemeliharaan, karena limbah ikan tidak diperjualbelikan atau bisa diperoleh Cuma-Cuma.
Jika lokasi usaha budidaya lele dekat dengan pantai, pembudidaya lele dapat memanfaatkan ikan sisa tangkapan nelayan yang sudah tidak layak lagi dikonsumsi oleh manusia. Ikan ini harganya tidak mahal dan baik digunakan untuk mempercepat pertumbuhan lele. Ikan tersebut bisa langsung diberikan ke lele. Namun, jka ukurannya cukup besar, sebaiknya cincang terlebih dahulu.
B. PEMBERIAN SUPLEMEN
Sama seperti pada usaha pembenihan, usaha pembesaran lele juga memerlukan suplemen untuk meningkatkan selera makan lele. Suplemen yang digunakan berupa gula, susu, atau madu yang dicampurkan dengan pelet. Takarannya, sama dengan suplemen yang diberikan pada pakan benih, yaitu 1 sdm gula, 1 sdm madu, atau susu kental mans untuk 1 kg pelet.
Untuk satu kali masa produksi lele konsumsi dari 10.000 ekor benih yang setara 1 ton lele, susu yang terpakai hanya dua kaleng. Sementara itu, madu sebanyak 1 botol dan gula pasir hanya butuh 1,5kg. pemberian suplemen harus diselang-seling, kadang diberi kadang tidak.tergantung pada Anda. Jika Anda ingin cepat, siplemen harus diberikan setiap hari.
C. POLA PEMBERIAN PAKAN
Pada dasarnya pola pemberian pakan untuk usaha pembesaran lele sama dengan pola pemberian pakan pada usaha pembenihan. Namun, jenis pakan dan porsinya yang berubah karena disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan lele. Makin besar lele, makin banyak pakan yang dibutuhkan. Umumnya, lele cukup diberi makan 3-4 kali sehari, yakni pada pagi (0.00-09.00), sore (16.00-17.00), dan malam hari (20.00-22.00).
D. JUMLAH PAKAN YANG DIBERIKAN
Tidak ada petunjuk ang jelas mengenai berapa banyak makanan yang harus diberikan untuk seekor lele dalam satu hari. Namun, pakan yang diberikan tidak boleh kurang dari 10% berat tubuh ikan. Bila kita bicara pembesaran lele, semakin sering diberi makan, secara logika lele akan semakin cepat besar. Artinya pemberian pakan harus sesering mungkin, tetapi jangan berlebihan. Pemberian pakan yang terlalu sering berisiko terhadap kecepatan keruhnya air. Akibatnya, kolam harus sering dikuras dengan mengganti sebagian air. Namun, jika sumber air berasal dari saluran irigasi yang dialirkan melalui pipa ke dalam kolam terpal, airnya tidak perlu diganti hingga panen.
E. PENGONTROLAN
Pengontrolan dalam usaha pembesaran lele sama fungsinya dengan pengontrolan yang dilakukan dalam usaha pembenihan, yaitu untuk memastikan apakah usaha pembesaran lele yang kita lakukan berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. Ada kendala dan masalah atau tidak. Jika ada masalah, baik itu menyangkut ikan, pakan, air, dan kolam, tindakan apa yang harus kita lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pengontrolan bersifat wajib, jika kita menginginkan usaha yang sukses. Jangan berharap untung besar, jika lele kekurangan pakan, airnya kotor, atau kolam bocor. Ketekunan Anda sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya ini.
F. PENGURASAN KOLAM
Pengurasan tidak perlu dilakukan setiap hari, cukup setiap 3-5 hari sekali hingga waktu panen, karena secara fisik lele sudah kuat dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Tahapan kerja dalam pengurasan kolam pembesaran sama halnya dengan tahapan pengurasan kolam pada usaha pembenihan.
G. PENYORTIRAN ULANG
Lele di kolam pembesaran harus disortir secara berkala. Adapun selang waktu penyortiran setiap 10 hari atau 2 minggu sekali. Tujuannya, untuk menjaga agar perolehan makanan seimbang dan ukuran lele yang dipelihara seragam.
Penyortiran diperlukan karena pertumbuhan lele tidak sama. Ada yang cepat besar dan ada yang pertumbuhannya lambat alias kuntet. Jika kondisi ini dibiarkan, ukuran lele yang dihasilkan tidak seragam yang berpengaruh terhadap harga jual lele.
Ukuran yang tidak seragam merupakan ancaman bagi lele yang berukuran lebih kecil. Jika kekurangan makanan, lele yang bongsor bisa memangsa lele yang lebih kecil. Kondisi ini tentunya akan berdampak langsung terhadap jumlah panen.
Untuk mencegah kanibalisme, lele harus disortir. Hasil sortir dipindahkan ke kolam pembesaran terpisah sesuai dengan ukuran lele. Pada prinsipnya proses penyortiran untuk usaha pembesaran hampir sama dengan proses penyortiran dalam usaha pembenihan, hanya selang waktunya agak lebih lama. Selain itu, ukuran baskom yang digunakan juga berbeda, seiring pertumbuahan bibit.
Berikut ini tahapan penyortiran dalam usaha pembesaran lele :
ü Siapkan peralatan sortir, berupa slang, serokan, baskom sortir, dan baskom penampungan.
ü Kurangi air kolam menggunakan slang dengan bantuan mesin sirkulasi, hingga ketinggian air mencapai 5 cm.
ü Serok lele menggunakan serokan kain, lalu tuangkan ke dalam baskom sortir yang ditempatkan persis di atas baskom penampungan.
ü Lele yang disortir akan tertinggal di dalam baskom sortir, sedangkan lele yang tidak lolos sortir akan berada di baskom penampungan.
ü Pindahkan lele di baskom sortiran ke dalam baskom penampungan hasil sortir. Kembalikan lele di baskom penampungan ke kolam pemeliharaan semula. Sementara itu, lele hasil sortir dipindahkan ke kolam pembesaran lainnya.

CARA SEDERHANA BUDI DAYA LELE

Jika kita menggunakan mesin pencari untuk mempelajari teknik budidaya lele, maka kita akan menemukan banyak sekali artikel yang mengulas tentang teknik budidaya lele. Tulisannya pun beragam dan dibuat dari pengalaman atau penelitian yang dilakukan.
Kali ini saya juga ingin berbagi pengalaman saya tentang cara atau teknik budidaya lele.
Budidaya lele tidak memerlukan cara perawatan yang rumit. Tidak perlu menggali tanah atau membuat kolam dan tidak perlu membuat kolam dari beton, tapi cukup menggunakan terpal atau deklit. Tapi kalo mau permanen bisa dengan menggali tanah atau membuat kolam dari beton.
Menggunakan terpal atau deklit memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah berbiaya murah, praktis, mudah dibuat, dan mudah dipindakahkan kemanapun kita mau, serta proses memanen pun menjadi sangat mudah. Sedangkan kelemahannya adalah tidak tahan lama –terpal yang kualitasnya bagus bisa bertahan lebih dari 3 tahun, jika bocor akan cukup menyulitkan, dan berpeluang robek.
Untuk yang bermodal kecil dan sedang ingin belajar, pilihan menggunakan terpal saya kira cukup tepat.
Untuk memilahara 1000 ekor lele cukup menggunakan terpal berukuran 4×6 meter. Terpal ukuran ini bisa dibuat menjadi kolam berukuran 2×3 meter. Ukuran 2×3 dengan ketebalan air 80 Cm adalah ukuran ideal untuk 1000 ekor lele. Terpal ditekuk-tekuk sedemikian rupa agar menyerupai kolam beton di atas tanah.
Pojok-pojok atau di sekiling kolam bisa disangga dengan kayu atau bambu. Pengalaman saya, disangga dengan batang pohon kapas atau randu lebih baik. Selain kuat, batang pohon randu ini bisa tumbuh sehingga tidak busuk, awet.
Setelah kolam jadi, siapkan medianya. Oya… sebaiknya sebelum terpal baru digunakan, direndam dulu dalam air atau dicuci dengan bersih agar bahan-bahan kimia yang terkandung dalam terpal bisa terkurangi.
Kunci kesuksesan pemeliharaan ikan apapun, termasuk lele, adalah penyiapan medianya. Semakin bagus medianya maka akan semakin baik pula hasilnya. Media layaknya rumah bagi ikan-ikan ini. Media yang dimaksud di sini adalah air. Lele tidak perlu air mengalir seperti ikan-ikan lainnya sehingga memudahkan bagi kita yang berada di daerah yang persedian airnya sedikit.
Isilah kolam dengan air setinggi 15-20 Cm. Kemudian, taburkanlah pupuk kandang atau kotoran sapi setengah matang pada kolam setebal 5 – 10 cm. Kemudian tebarkan juga batang pisang atau debog dalam bahasa Jawa dan Bali. Batang pisang dipotong-potong dan tebarkan di kolam ini juga. Getah batang pisang setau saya baik untuk membunuh bakteri-bakteri yang merugikan. Taburkan juga daun-daun yang mudah busuk. Bisa juga ditambahkan serabut kelapa dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.
Biarkanlah selama 1 sampai 2 minggu. Air akan berwana kecoklatan bahkan sampai warna kehijauan. Warna air hijau menunjukan air sudah siap untuk dijadikan media. Mikroorganisme sudah hidup subur dalam air ini yang dibutuhkan oleh lele.
Jika ingin hasil yang lebih cepat, bisa menggunakan larutan EM (effective microorganism) yang dapat dibeli dengan mudah di toko-toko tani atau bisa juga dengan membuat sendiri. Tapi hati-hati dengan nyamuk yang berkembang biak pada air yang menggenang dalam kolam selama 1 – 2 minggu ini. Lepaskanlah ikan-ikan kecil pada kolam untuk memakan jentik nyamuk. Bisa juga menggunakan lele-lele kecil berjumlah 10 ekor untuk mengontrol jentik nyamuk.
Setelah media siap, tambahkan air sumur pada kolam sampai ketebalan 80 cm. Sebaiknya hindari penggunaan air kran atau PDAM, karena mengandung kaporit yang kurang baik untuk lele dan mikroorganisme yang tumbuh dalam kolam. Jika air tidak tersedia cukup banyak, cukup diisi 40 cm dulu, dan ditambahi sedikit demi sedikit seiring perkembangan lele. Jika medianya baik maka bisa menekan kematian lele sampai di bawah 5%.
Taburkan bibit lele yang berukuran 2 – 5, tapi jangan keburu ditaburkan. Biasanya bibit berada dalam kantong plastik yang berisi air. Taruh kantong plastik itu di atas air kolam, agar ada penyesuain suhu dan lele tidak stres. Penebaran benih dilakukan pagi atau sore hari, dimana suhu permukaan kolam tidak terlalu berbeda jauh dengan suhu di dasar kolam.
Pakan lele banyak tersedia di toko-toko. Untuk pakan buatan sendiri, saya belum berani menuliskannya di sini karena belum berhasil 100%. Sehingga mau tidak mau kita ketergantungan dengan pakan pabrikan. wuih… sangat tidak menyenangkan.
Pemberian pakan dilakukan pagi hari dan petang hari, dimana biasanya lele sedang memiliki nafsu makan yang tinggi. Jumlah pakan sesuaikan dengan barat badan, yaitu 5% dari total berat badan seluruh populasi kolam. Kalo saya biasanya tidak ambil pusing dengan 5%, tapi pemberian pakan dilihat dari perilaku lele. Berikan sedikit demi sedikit pakan, lihat perilaku lele. Jika buas memangsa pakan, maka berikan sedikit lagi, sampai cara memakannya tidak terlalu buas. Jangan terlalu banyak memberikan pakan karena bisa membuat lele menjadi kembung dan mati.
Idealnya pada siang hari juga diberi pakan, namun pakan yang banyak berarti ongkos produksi juga besar. Maka sebaiknya disiasati dengan memberikan pakan tambahan pada siang hari. Misalnya memberikan ayam mati yang digantung di permukaan kolam agar sisa-sisa ayam yang tidak termakan bisa kita buang dan tidak menjadi sampah di kolam. Bisa juga memberikan cacing dan katul, atau memberikan keong mas, atau makanan tambahan lainnya yang tidak perlu membeli.
Lele akan siap panen dalam umur 2 – 3 bulan, dengan ukuran 8 – 12 ekor per kilogram. Tapi tanyakan pembeli atau pedagangnya, mereka meminta yang ukuran berapa. Lele yang besar cenderung tidak laku di pasaran, namun laku di pemancingan.

UKURAN KOLAM IDEAL

Kolam lele yang ideal adalah kolam lele yang menjaga kualitas air pada tingkat tertentu, mudah dibersihkan, dapat dibuat di tempat manapun, dan tahan lama.
Kolam lele haruslah dapat menjaga tingkat keasaman, kadar oksigen, dan suhu air pada tingkat yang sesuai, sehingga bakteri dan penyakit lele tidak mudah menyebar dan menyerang lele.
Kolam lele yang baik juga harus dapat mendukung proses intensif pembudidayaan lele. Artinya, meskipun kita memelihara banyak lele, memberi banyak pakan pada lele, kolam dapat dengan mudah dibersihkan dari kotoran lele dan sisa pakan tanpa perlu repot – bahkan kalau bisa otomatis.
Selain itu, kolam lele yang ideal adalah kolam yang dapat diletakkan di tempat manapun. Dalam artian bahwa kolam dapat dibuat di teras rumah, di halaman belakang rumah yang sempit, di beranda lantai atas, atau dimanapun tanpa memakan banyak lahan dan biaya.
Hal terakhir yang tak kalah penting adalah kolam lele yang ideal haruslah awet. Artinya kolam lele tersebut dapat digunakan selama bertahun-tahun. Kolam lele buatan sendiri yang umumnya dibuat dari bambu dan terpal misalnya, hanya dapat bertahan selama beberapa bulan, paling lama dua tahun.
Hal ini dikarenakan terpal dan bambu dapat lapuk jika terkena sinar matahari dan hujan secara terus menerus. Terpal yang lapuk (terurai) dan larut dengan air kolam dapat menjadi racun bagi ikan lele. Kolam lele yang ideal minimal harus sanggup bertahan selama 4 tahun tanpa meracuni air kolamnya.
Kolam haruslah dibuat dengan desain dan konstruksi yang memungkinkan kotoran dan sisa pakan untuk jatuh secara otomatis ke saluran pembuangan air dan kotoran. Caranya adalah membuat bagian dasar kolam yang miring ke arah lubang tempat pembuangan air dan kotoran.
Selain itu, kolam sebaiknya dilengkapi dengan aerator agar kebutuhan ikan atas oksigen terpenuhi. Sirkulasi air keluar dan kedalam kolam juga harus diperhatikan, untuk kolam besar, debit air masuk dan keluar juga harus besar agar kualitas air dalam kolam tetap stabil.
Ukuran kolam yang dibuat harus sesuai dengan jumlah bibit yang ditaburkan. Untuk pemula dengan intensifikasi budidaya yang tak terlalu tinggi, 1 m2 sebaiknya diisi dengan 150 bibit lele. Untuk pembudidaya ahli yang sudah paham dengan seluk beluk budidaya lele, sudah paham dan dapat mengatasi resikonya, bisa mengisi per m2-nya dengan 250 – 400 benih lele.
Hingga saat ini, kolam yang dapat dibuat dimana saja dan murah biaya pembuatannya tetaplah kolam terpal. Namun kolam terpal pada umumnya relatif tidak awet (umur maksimal hanya 2 tahun). Setelah 2 tahun, peternak lele biasanya harus membuang terpal beserta rangkanya dan membuat kolam baru dari awal.
Hal ini dapat diakali dengan membuat rangka yang kuat dan awet menggunakan kayu atau bahan baja ringan, namun tetap menggunakan terpal sebagai wadah airnya. Dengan demikian, ketika terpal sudah tidak layak pakai, yang perlu diganti hanyalah terpalnya saja. Sementara rangka masih dapat digunakan hingga 5 – 25 tahun.

obat alami untuk ikan lele

Dalam budidaya ikan lele kematian ikan yang tidak wajar menyebabkan kegagalan bagi peternak lele yang semua itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.      kematian lele dalam jumlah besar,
2.      pencurian,
3.      dimangsa oleh hewan predator,
4.      benih lele yang kurang baik/super,
5.      harga jual yang murah,
6.      serta harga pakan yang terus naik dengan tidak diimbangi harga jual lele.

Keenam hal ini jika tidak dicermati dan diperhatikan, akan menjadi momok bagi peternak ikan lele (apalagi bagi pemula). Di sini kami akan memberikan sedikit pengalaman yang kami peroleh setelah kami berusaha membudidayakan ikan lele. Langsung saja tanpa berlama-lama, pencegahan dan pengobatan yang kami lakukan menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia dialam dan bisa didapat secara gratis (tidak memerlukan biaya).
Untuk pencegahan dan pengobatan penyakit kami menggunakan :
1.      garam
2.      mengkudu
3.      daun pepaya
4.      daun sirih
5.      arang
6.      bawang putih

Sebelum kita mempelajari khasiat dari bahan alami tersebut, kita perlu mengetahui bahwa penyakit pada ikan lele biasanya ditimbulkan dari perubahan suhu dan iklim secara ekstrim. Selain itu, faktor lingkungan dan pengetahuan yang kurang mengenai pembudidayaan ikan lele juga menjadi pemicu kegagalan dalam menggeluti usaha ini. 

Faktor lingkungan meliputi:
1.      Suasana kolam yang terlalu teduh atau terlalu panas 
2.      Lingkungan sekitar kolam yang kotor/ becek atau ditumbuhi semak belukar 
3.      Suasana sekitar kolam yang terlalu bising 
4.      Penggunaan air yang sudah tercemari bahan kimia berbahaya 
5.      Banyak predator yang sering masuk kelingkungan kolam(burung, ayam, kelelawar, ular, entok/bebek) 
6.      Udara disekitar kolam yang kurang sehat(udara yang tercemar zat berbahaya) 
7.      Air kolam berlumut dan banyak daun serta ranting yang masuk kedalam kolam 

Faktor kurangnya pengetahuan:
1.      Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yeng bersifat karnivora, sehingga menjadi kanibal jika tidak tepat waktu penyortiran/penyeleksian dan jika pemberian pakan yang tidak cukup dan merata 
2.      Ukuran kolam yang kurang ideal untuk ukuran kolam pembenihan dan kolam pembesaran 
3.      Ketinggian air dalam kolam pembenihan ataupun pada kolam pembesaran 
4.      Kepadatan benih ikan lele yang tidak disesuaikan dengan ukuran kolam dan ketinggian air 
5.      Sirkulasi air dalam kolam yang kurang terjaga dengan baik 
6.      Pemilihan waktu yang kurang tepat saat pemberian pakan 
7.      Penggunaan pakan buatan/pabrik yang kurang bergizi serta tidak disesuaikan dengan ukuran ikan lele 
8.      Pemberian pakan buatan/pabrik tidak cukup merata bahkan secara berlebihan dan tidak habis dimakan oleh ikan lele 
9.      Penggunaan alat-alat penunjang seperti seser, bak, alat sortir, ember, dsb yang kurang steril 
10.  Pemilihan indukan yang kurang sehat dan berkwalitas dalam proses pemijahan serta pemilihan bibit yang tidak super dalam proses pembesaran

Ada tiga usaha pencegahan dalam budi daya lele, yaitu :
A.    Pencegahan Terhadap Bibit Penyakit
Penanganan sederhana seperti ini jauh lebih mudah, efisien, dan efektif daripada harus mengobati ikan yang sudah terserang penyakit. Berikut ini langkah-langkah pencegahan agar tele terhindar dari bibit penyakit.
1.      Sterilkan kolam pada tahap awal budi daya menggunakan sabun cud cair, lalu rendam dengan kaporit. Bilas dengan air hingga bersih.
2.      Rendam langsung bibit yang baru ditebar ke dalam kolam pembesaran yang telah diberi garam. Misalnya, untuk kolam berukuran 2 x 3 x 0,6 in dengan ketinggian air 10­15 cm, cukup diberi 2-3 genggam garam dapur.
3.      Jaga agar air kolam tetap bersih dengan mengganti air secara rutin.
4.      Hindari pemberian pakan yang berlebihan. Hindari membeli bibit yang sudah terserang penyakit.
5.      Hindari penggunaan alat bantu budi daya yang tercemar penyakit. Sebaiknya, rendam peralatan tersebut dalam larutan kaporit selama semalam sebelum digunakan.
6.      Cuci dan bilas peralatan hingga bersih, sebelum digunakan kembali. Kuras dan cuci kolam pada setiap akhir panen menggunakan sabun cuci cair, lalu rendam dengan larutan kaporit selama semalam. Bilas dengan air hingga bersih sebelum digunankan kembali.
B. Menjaga Kualitas Air
Untuk menjaga agar kolam steril dari bibit penyakit, setiap akhir panen kuras kolam secara total.
1.      Cuci dan sikat menggunakan sabun cair, karena sabun ini memiliki daya bersih yang lebih tinggi dibandingkan sabun lainnya. Setelah selesai, bilas kolam dengan air bersih, hingga bau sabun hilang. Sementara itu, untuk meningkatkan sanitasi kolam dan membunuh berbagai bibit penyakit, rendam kolam menggunakan kaporit.
2.      Untuk kolam berukuran 2 x 3 m dengan ketingian air 10-15 cm, cukup menggunakan 2-3 genggam kaporit. Selain harganya yang murah, kaporit bisa digunakan beberapa kali. Lama perendaman kolam dengan kaporit cukup satu malam.
C. Pencegahan Agar Bibit Penyakit Tidak Menular
Metode pencegahan yang disarankan adalah menggunakan metode pengobatan sederhana dan murah yang selama ini telah diaplikasikan petani tradisional.
Selain mudah dan murah, cara ini tidak kalah efektifnya jika dibandingkan dengan menggunakan antibiotik kimiawi, seperti larutan meachytin green (MG), teracytin, atau kernicytin. Metoda yang dianjurkan tersebut seperti diuraikan di bawah ini.
1.      Pengobatan Sederhana dan Murah Penyakit (Bintik Putih, Karat, dan Kumis Keriting)
·         Pindahkan ikan yang masih sehat ke kolam penannpungan sementara.
·         Kuras kolam dan buang seluruh bibit yang sakit atau mati.
·         Untuk membunuh bibit penyakit yang mungkin masih menempel di kolam, rendam kolam setinggi air yang dibuang.
·         Larutkan 25 mg kaporit ke dalam 1 liter air, lalu tambahkan ke dalam kolam. Biarkan selama semalam.
·         Kuras kembali kolam dan bilas dengan air bersih. Isi kembali kolam dengan air besih hingga ketinggian 10-15 Cm.
·         Pindahkan kembali bibit dari kolam penampungan sementara ke kolam pembesaran. Rendam bibit lele dengan farutan garam dapur.
·         Untuk kolam berukuran 2 x 3 rn, cukup diberi 2-3 genggam garam dapur. Tambahkan tumbukan daun pepaya secukupnya ke dalam kolam ikan yang terkena penyakit.
·         Lakukan pengobatan selama 3 hari dan ganti air setiap hari.
2.      Pengobatan Penyakit Busung
·         Pindahkan lele yang masih sehat ke kolam penampunngan sementara.
·         Kuras kolam dan buang seluruh bibit yang sakit atau coati.
·         Agar kotoran atau bibit penyakit yang disebabkan lele yang mati bisa hilang, sikat dan bersihkan kolam menggunakan detergen.
·         Bilas hingga bersih. Isi kembali kolam dengan air besih setinggi 10-15 cm.
·         Pindahkan kembali bibit lele yang masih sehat ke kolam pembesaran. Taburkan garam dapur ke dalam kolam untuk rnembunuh bibit penyakit yang mungkin akan muncul akibat lele mati terserang penyakit kembung.
Tambahan : 
Obat Alami Penyakit Gantung Pada Ikan Lele
Biasanya kalau ikan lele peliharaan anda mengalami gantung seperti berdiri itu berarti ikan anda kena penyakit kalau tidak segera di obati maka akan bisa mengakibatkan kematian pada ikan, saya pernah mengalami hal tersebut segera saya obati ikan saya dengan buah mengkudu caranya:
1.      Siapkan buah mengkudu yang telah masak
2.   Remas-remas kemudian lemparkan ke kolam
2.      Biarkan beberapa saat sampai buah mengkudu tersebut menyatu dengan air kolam anda
3.      Tunggu khasiatnya beberapa jam sampai ikan peliharaan anda sembuh.

penyembuhan penyakit kembung pada ikan lele



Dalam menjalankan usaha apa pun, mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Demikian juga dengan usahabudi daya lele. Salah saw usaha yang bisa kita tempuh untuk menghadapai masalah nonteknis berupa penyakit adalah mencegah agar penyakit tersebut tidak menular lebih parah lagi.
Jika tele telah terinfeksi penyakit, sukar sekali untuk bisa mengembalikan kondisinya seperti sediakala. Jika dipaksakan untuk dipelihara atau dibesarkan, diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai ukuran tertentu. Bahkan, dua sampai tiga kali lebih lama daripada lele yang sehat.
Penyakit menyebabkan lele kehilangan selera makan, sehingga sulit untuk besar. Selain itu, ikan yang telah terinfeksi penyakit membutuhkan masa pemulihan yang cukup lama untuk sembuh. Bahkan mungkin sebelum dipanen, sebagian atau seluruh lele akan mati secara bertahap dan akhirnya mati secara total
Seandainya masih ada yang tersisa atau selamat, kernungkinan tingkat keberhasilannya sangat kecil. Bahkan jika diteruskan, pembudidaya akan mengalami kerugian yang lebih besar, baik menyangkut waktu, uang, dan tenaga.
Agar hasil panen lele maksimal, pencegahan merupakan keharusan dan kata kunci yang perlu dipahami dengan balk oleh pembudidaya. Ada tiga usaha pencegahan dalam budi daya lele, yaitu pencegahan dari bibit penyakit, menjaga agar kualitas air tetap baik, dan pencegahan agar penyakit tidak menular.
a. Pencegahan Terhadap Bibit Penyakit
Kegiatan ini merupakan suatu usaha sanitasi yang di laksanakan pada tahap awal proses budi daya atau pada setiap akhir panen lele, Tujuannya, agar lele tidak terinfeksi bibit penyakit yang disebabkan oleh jasad renik, seperti jamur, bakteri yang menempel atau tinggal di dinding kolam.
Penanganan sederhana seperti ini jauh lebih mudah, efisien, dan efektif daripada harus mengobati ikan yang sudah terserang penyakit. Berikut ini langkah-langkah pencegahan agar tele terhindar dari bibit penyakit.
  • Sterilkan kolam pada tahap awal budi daya menggunakan sabun cud cair, lalu rendam dengan kaporit. Bilas dengan air hingga bersih.
  • Rendam langsung bibit yang baru ditebar ke dalam kolam pembesaran yang telah diberi garam. Misalnya, untuk kolam berukuran 2 x 3 x 0,6 in dengan ketinggian air 10­15 cm, cukup diberi 2-3 genggam garam dapur.
  • Jaga agar air kolam tetap bersih dengan mengganti air secara rutin.
  • Hindari pemberian pakan yang berlebihan.
  • Hindari membeli bibit yang sudah terserang penyakit. Hindari penggunaan afar bantu budi daya yang tercemar penyakit. Sebaiknya, rendam peralatan tersebut dalam larutan kaporit selama semalam sebelum digunakan. Cuci dan bias peralatan hingga bersih, sebelum digunakan kembali.
  • Kuras dan cuci kolam pada setiap akhir panen menggunakan sabun cuci cair, lalu rendam dengan larutan kaporit selama semalam. Bilas dengan air hingga bersih sebelum digunankan kembali.
b. Menjaga Kualitas Air
Kualitas air yang buruk (kadar asam tinggi dan kotor) merupakan sumber berbagai jenis penyakit. Agar kualitas air baik dan sesuai dengan syarat hidup lele, hindari pemberian pakan yang berlebihan dan ganti air secara berkala sesuai dengan usia lele. dalam menjaga kualitas air, pembudidaya juga harus memahami cara penggantian air berdasarkan usia benih.
Lele yang masih kecil atau berupa benih memerlukan penggantian air yang lebih sering jika dibandingkan dengan lele yang sudah cukup besar. LJntuk lele berumur di bawah satu bulan, airnya harus diganti setiap hari. Sebaliknya, untuk lele yang berusia di atas satu bulan atau bibit yang siap dibesarkan, penggantian airnya disesuaikan dengan tingkat kepadatan lele dalam kolam.
Semakin padat penebaran lele, air harus diganti sesering mungkin. Volume air harus ditambah secara bertahap agar lele mempunyai cukup ruang untuk bergerak. Indikator penggantian air juga bisa dilihat dad tingkat kekeruhan air kolam. Jika air kolam sudah keruh dan banyak lele yang cenderung berada di permukaan, tandanya air harus segera diganti.
Untuk menjaga agar kolam steril dari bibit penyakit, setiap akhir panen kuras kolam secara total. Cuci dan sikat menggunakan sabun cair, karena sabun ini memiliki daya bersih yang lebih tinggi dibandingkan sabun lainnya. Setelah selesai, bilas kolam dengan air bersih, hingga bau sabun hilang.
Sementara itu, untuk meningkatkan sanitasi kolam dan membunuh berbagai bibit penyakit, rendam kolam menggunakan kaporit. Untuk kolam berukuran 2 x 3 m dengan ketingian air 10-15 cm, cukup menggunakan 2-3 genggam kaporit. Selain harganya yang murah, kaporit bisa digunakan beberapa kali.
Lama perendaman kolam dengan kaporit cukup satu malam. Perendaman boleh lebih dari semalam, tetapi hal ini tidak terlalu berpengaruh karena kaporit merupakan suatu zat antibakteri dan jamur yang sangat efektif dan bekerja sangat cepat.
Setelah direndam satu malam atau lebih, kuras air kaporit dalam kolam sampai habis, lalu bilas menggunakan air bersih hingga bau kaporit hilang. Kolam bisa digunakan kembali untuk kegiatan budi daya dan dijamin penyakit pun hilang. Menjaga kualitas air adalah cara yang paling efektif untuk mencegah munculnya berbagai bibit penyakit.
c. Pencegahan Agar Bibit Penyakit Tidak Menular
Pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. Namun, bila penyakit terlanjur menyerang lele, perlu upaya untuk mencegah agar penyakit tidak menular lebih luas lagi.
Pengobatan hanya bisa dilakukan pada lele yang diketahui secara dini terserang penyakit. Sebaliknya, jika sudah terserang penyakit pada tingkat yang parah, sebaiknya lele
tersebut dibuang dan dimusnahkan. Walaupun diobati, lele tidak akan sembuh dan pasti akan mati.
Sebenarnya istilah pengobatan yang digunakan di alas kurang tepat. Istilah yang benar adalah mencegah penyakit agar tidak menyebar. Mengapa? Karena sebagian lele yang sudah tertuiar penyakit akan tetap mati atau tidak bisa diobati. Penanganan tersebut hanya bisa mengurangi tingkat kematian lele.
Kini, memang ada obat-obatan yang dapat mengurangi penyebaran penyakit, tetapi tidak bisa menjamin lele yang telah tercemar penyakit tersebut bisa sembuh total. Sebagian mungkin masih bisa diselamatkan, dengan risiko tingkat kegagalannya pun sangat tinggi.
Andaipun bisa hidup, perkembangannya tidak akan maksimal lagi. Bahkan, bila lele yang sudah terkena penyakit tersebut diobati dan terus dilanjutkan untuk dibesarkan, hanya akan membuang tenaga, uang, waktu, dan pikiran. Lele sudah tidak bisa tumbuh normal—cenderung kuntet atau kerdil—meskipun pakan yang diberikan cukup dan airnya bersih. Mengapa?
Jika sudah terinfeksi, berarti seluruh organ tubuh lele telah diserang penyakit, dari kulit, badan, kumis, mulut, insang, hingga pencernaan. Bila penyakit sudah sampai di pencernaan, selera makan ikan akan turun cirastis. Lele yang tidak mau makan akan mati, sedangkan bagi fele yang selera makannya turun akan memengaruhi pertumbuhannya.
Selera makan yang menurun menyebabkan pertumhuhan lele terhambat. Selanjutnya, waktu panen akan Iebih lama, biaya pakan lebih tinggi, tenaga yang dikeluarkan juga Iebih banyak. Artinya, usaha pembesaran yang dijalankan hanya sia-sia belaka
Karena kita berbicara mengenai usaha budi daya lele modal minimal hasii maksimal,untuk antisipasi apa pun kita harus memperhitungkan segi biaya atau pengeluaran. Begitu juga dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit yang telah terlanjur menyerang fele. Metode pencegahan yang disarankan adalah menggunakan metode pengobatan sederhana dan murah yang selama ini telah diaplikasikan petani tradisional.
Selain mudah dan murah, cara ini tidak kalah efektifnya jika dibandingkan dengan menggunakan antibiotik kimiawi, seperti larutan meachytin green (MG), teracytin, atau kernicytin. Metoda yang dianjurkan tersebut seperti diuraikan di bawah ini.
A. Pengobatan Sederhana dan Murah Penyakit (Bintik Putih, Karat, dan Kumis Keriting)
  • Pindahkan ikan yang masih sehat ke kolam penannpungan sementara.
  • Kuras kolam dan buang seluruh bibit yang sakit atau mati.
  • Untuk membunuh bibit penyakit yang mungkin masih menempel di kolam, rendam kolam setinggi air yang dibuang. Larutkan 25 mg kaporit ke dalam 1 liter air, lalu tambahkan ke dalam kolam. Biarkan selama semalam.
  • Kuras kembali kolam dan bilas dengan air bersih.
  • Isi kembali kolam dengan air besih hingga ketinggian 10-15 Cm.
  • Pindahkan kembali bibit dari kolam penampungan sementara ke kolam pembesaran.
  • Rendam bibit lele dengan farutan garam dapur. Untuk kolam berukuran 2 x 3 rn, cukup diberi 2-3 genggam garam dapur.
  • Tambahkan tumbukan daun pepaya secukupnya ke dalam kolam ikan yang terkena penyakit.
  • Lakukan pengobatan selama 3 hari dan ganti air setiap hari.
B. Pengobatan Penyakit Busung
  • Pindahkan lele yang masih sehat ke kolam penampunngan sementara.
  • Kuras kolam dan buang seluruh bibit yang sakit atau coati.
  • Agar kotoran atau bibit penyakit yang disebabkan lele yang mati bisa hilang, sikat dan bersihkan kolam menggunakan detergen. Bilas hingga bersih.
  • Isi kembali kolam dengan air besih setinggi 10-15 cm.
  • Pindahkan kembali bibit lele yang masih sehat ke kolam pembesaran.
  • Taburkan garam dapur ke dalam kolam untuk rnembunuh bibit penyakit yang mungkin akan munc.ul akibat lele mati terserang penyakit kembung

TERNAK LELE 45HARI PANEN

 TERNAK LELE 45HARI PANEN




DESKRIPSI
Lele merupakan ikan yang banyak beraktifitas pada malam hari, sedangkan di siang hari lele lebih banyak berdiam diri.
Ikan lele tergolong omnivore yang makan semua makanan yang di temuinya. Namun lele akan terbiasa makan makanan yang diberikan setiap hari.
Ukuran ikan lele sangat bervariatif, lele konsumsi memiliki tubuh yang tidak begitu besar,yang biasa di butuhkan di pasar dari ukuran besar antara isi 5 s/d 8 ekor /kg.Ukuran sedang lele berisi 9 s/d 10 ekor/kg. dan yang kecil 11 s/d 12 ekor/kg.


BUDI DAYA LELE ORGANIK
Budidaya lele organis merupakan salah satu cara budi daya lele yang menitikberatkan padamikroorganisme kompleks di kolam. Mikroorganisme kompleks ini merupakan bahan pengurai organik sekaligus sebagai agen antagonis yang berfungsi sebagai pengendali penyakit tular air dan dapat digunakan sebagai bahan penghilang bau kurang sedap limbah budidaya Lele.

Budi dayalele organic dapat dijalankan melalui proses pengkondisian kolam pra penebaran benih. Adapun pengkondisian ini dapat dilakukan dengan cara:
I. PERSIAPANKOLAM
  1. Pembutan Kompos
Pembuatan Kompos dilakukan dengan bahan-bahan organic sebagai berikut:
1. Kotoran ternak
2. Bekatul
3. Arangsekam
4. Dolomit/Kapur pertanian
5. Tetes Tebu
6. DJENIUS 21
7. Air secukupnya
Cara pembuatan Kompos dalam perbandingan takaran 1 ton adalah sebagai berikut:
Kotoran sapi sebanyak 1 ton dicampur dengan bahan lain, yakni Bekatul1 Kw, Arang Sekam 1 Kw, Dolomit ½ Kw. Keempat bahan tersebut diaduk terlebih dahulu sampai merata dan campur. Selanjutnya, Air dalam kadar secukupnya dicampur dengan tetes tebu 1 liter dan DJENIUS 21 (Dosis sesuai aturan dalam kemasan). Dari campuran air tersebut kemudian disiramkan ke bahan kotoran sapi yang telah dicampur dengan Bekatul, Arang sekam dan dolomite, kemudian diaduk rata.Setelah tercampur semua, idealnya kadar air (KA) antara 30-40%.
*Ket:Banyak air yang digunakan tergantung pada kondisi kotoran sapi. Jika kotoran sapi masih dalam kondisi basah, air yang digunakan tidak terlalu banyak.Sebaliknya, jika kondisi kotoran sapi kering, maka air yang digunakan sedikit banyak.

Setelah dicampur, kompos kemudian ditumpuk dengan ketebalan 40-50 cm. penumpukan ini berfungsi untuk proses fermentasi.Idealnya setelah ditumpuk, kompos didiamkan selama 15 hari tanpa ditutup terpalatau plastic agar sirkulasi udara pada waktu proses berjalan lancar. Hal lainyang tak kalah penting adalah pada waktu proses fermentasi ini, kompos tidak boleh terkena cahaya matahari langsung dan air hujan. Setiap 5 hari dalam15 hari fermentasi, kompos diaduk (dibolak-balik) secukupnya kemudian ditumpuk seperti kondisi semula tanpa campuran apapun.

  1. Pengkondisian Kolam
Pengkondisian kolam adalah salah satu proses yang cukup penting dalam budidaya lele organic. Fungsi pengkondisian kolam adalah untuk merangsang tumbuhnya ekosistem kolam yang melibatkan mikroorganisme dan bakteri yangberfungsi sebagai penyedia plankton, baik itu phytoplankton (protein hewani)maupun zoo plankton (protein nabati).
Pengkondisian kolam dilakukan dengan cara menebar kompos yang sudah diproses selama 15 hari di atas ke dalam kolam yang belum terisi air. Idealnya ketebalan kompos di dasar kolam adalah 5-15 cm. Setelah ditebar kompos kemudian diisi air setinggi 25-30 cm. Setelah diisi air di pagi/siang hari, sore harinya dimasukkan DJENIUS 21 (Dosis sesuai aturan dalam kemasan) ke dalam kolam. Kemudian kolam didiamkan selama 15hari. Dalam proses pengkondisian kolam 15 hari inilah ekosistem kolam yang melibatkan mikroba akan terbentuk dan membentuk siklus kehidupan dalam kolam.Setelah 15 hari biasanya kolam berwarna hitam kebiru-biruan dan terdapat banyaklarva serta kehidupan kecil lainnya (uget-uget).
*Notes: Untuk menjaga agar proses pengkondisian berjalan optimal,pastikan kolam tidak tercampur dengan Bahan Kimia apapun dan jangan jadikan kolam sebagai tempat pembuangan limbah air hujan dari atap genteng maupun limbah lainnya!!!!

  1. Penebaran Benih
Setelah 15 hari dikondisikan, kolam siap diisi benih lele. Idealnya benih lele harus memperhatikan 3 hal, yakni Seumur, Seinduk, dan Seukuran. Untukkolam pembesaran ini, gunakan benih yang telah berukuran 12 jaring sortir atau benih yang panjangnya antara 5cm, 6 cm, 7 cm dan 8 cm (Pilih sesuai keinginan anda). Benih lele hendaknya diperlakukan secara hati-hati dan dimasukkan kekolam secara perlahan. Setelah itu sore hari diberi makanan tambahan berupa sentrat/peletyang telah di fermentasi denganHORMONE DJENIUS 21 (Dosis sesuai aturan dalam kemasan).








II. BUDI DAYA PEMBESARAN DAN PERAWATAN
Budidaya Pembesaran lele organic terdiri dari:
1. TeknikPakan
Dalam budi daya lele organik, pakan adalah salah satu aspek pentingyang harus diperhatikan. Makanan pokok lele pada dasarnya adalah plankton yang hidup di kolam. Tetapi Lele juga membutuhkan nutrisi tambahan berupa proteindengan kadar yang cukup tinggi, untuk itu digunakan sentrat/pelet yang mengandung unsur yang dibutuhakan lele untuk mempercepat pembesaran. Hal yang tak kalah penting adalah proses fermentasi sentrat. Fermentasi sentratberfungsi untuk:
a. membantu proses penguraian bahan organic(sentrat/pelet) untuk meningkatkan nilai protein maupun karbohidratnya,
b. membantu bahan penguraian bahan organic kolam(mikroba kolam dan kotoran lele) sehingga menjadi bahan makan organik dalam bentuk planknton yang menjadi makanan tambahan alami lele,
c. memperbaiki proses pencernaan ikan melalui mikroorganisme hidup yang terkandung dalam HORMONE DJENIUS 21.

Adapunteknik Fermentasi pakan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  1. Pertama-tama campurkan 1 liter air dengan 1 tutup botol (10 ml) Hormone DJENIUS 21 dan 1 tutup botol (10 ml) Tetes tebu. Aduk ketiganya hingga campur merata. Air yang telah dicampur HORMONE DJENIUS 21 dan Tetes Tebu berwarna cokklat kekuning-kuningan. Air ini kemudian disebut Air Campuran HORMONE DJENIUS 21. Setelah dicampur, masukkan campuran tersebut dalam botol atau tempat tertentu dan kemudian siap dicampur dengan pakan.
  2. Setelah air campuran siap, siramkan air campuran HORMONE DJENIUS 21 ke sentrat yang akan diberikan ke kolam. Takarannya, dalam 1 Kg sentrat siramkan air campuran HORMONE DJENIUS 21 sebanyak seperempat (1/4) liter. Setelah disiramkan ke sentrat/pelet, kemudian aduk sentrat/pelet hingga rata agar air campuran HORMONE DJENIUS 21 diserap merata oleh sentrat/pelet. Usahakan sentrat/pelet yang telah diaduk dengan air campuran tersebut kondisinya telah gembur dan tidak keras (Jika kurang gembur tambahkan kembali air campuran HORMONE DJENIUS 21). Setelah sentrat/pelet dicampur dengan Air Campuran HORMONE DJENIUS 21, diamkan sentrat/pelet tersebut selama 12 jam ditempat yang tidak terkena sinar matahari dan tidak tercampur dengan bahan kimia apapun, termasuk air hujan. Setelah 12 jam dibiarkan/difermentasikan, pakan siap diberikan ke kolam.
Notes:Pakan yang diaduk pagi hari idealnya diberikan pada malam hari, begitu jugapakan yang diaduk pada malam hari diberikan di pagi harinya.

2. TeknikPemberian Pakan
Dalam budi daya lele organic, pakan diberikan dua kali dalam sehari,yakni pagi antara jam 06.00-08.00 WIB dan malam hari antara jam 18.00-20.00WIB. Tujuan pemberian pakan dengan durasi 12 jam adalah:
  1. sistem pencernaan lele membutuhkan 12 jam untuk menghabiskan makanan yang telah dimakan sebelumnya, sehingga sirkulasi pencernaan baru akan normal kembali setelah 12 jam. Inilah yang menjadikan alasan mengapa durasi memberi pakan lele yang baik adalah selama 12 jam.
  2. Durasi pemberian pakan selama 12 jam sekali ini membantu untuk mengidentifikasi kondisi dan kesehatan lele. Harap dicatat bahwa kondisi lele yang sehat ditandai dengan nafsu makan lele yang terus b ertambah. Misal, jika hari ini lele dalam kolam menghabiskan makan 1 Kg, maka dipastikan esok hari lele akan menghabiskan 1 ¼ Kg sentrat fermentasi. Jika dalam 12 jam lele mengalami penurunan kuantitas makan, maka dipastikan lele tersebut bermasalah. Masalah bisa berupa penyakit ataupun berupa kondisi air yang PHnya telah menurun.
3. Pengelolaanair kolam
Kondisi air kolam sangat menentukan kesuksesan dan keberhasilan budi daya lele organic yang mengoptimalkan masa panen selama 45 hari setelah tebar dengan ukuran benih yang telah disebut diatas. Kolam yang ideal dalam budi daya lele organic dengan populasi lele yang padat (per meternya diisi 250-300 ekor) pada tahap awal penebaran benih adalah setinggi 30 cm. Setelah 10 hari pasca tebar penih, ketinggian air dinaikkan menjadi 40 cm. 10 kemudian, ketinggian air dinaikkan lagi menjadi 45 cm. 10hari kemudian dinaikkan menjadi 50 cm hingga menjelang panen.
Tujuandinaikkannya ketinggian air ini adalah:
a. menambah ruang gerak bagi lele yang ukurannya terus bertambah.
b. menyeimbangkan kehidupan mikroorganisme dan bakteri (mikroba) dalam kolam.
c. Menjaga PH air agar tidak rusak oleh kotoran lele yang terus bertambah (semakin lele besar, maka semakin banyak kotoran yang dikeluarkan).

Selain proses penambahan, proses yang tak kalah penting adalah proses pengenceran kolam. Yang dimaksud proses pengenceran adalah mengkondisikan air kolam yang telah pekat dengan kotoran dan akibatproses fermentasi (penguraian) sehingga PH air mengalami penurunan. Kolam yang pekat biasanya terjadi ketika lele bertambah besar dan jumlah kotoran yang dikeluarkan semakin banyak (antara umur 1 bulan pasca tebar benih sampaipanen). Kolam yang telah pekat memiliki ciri:
a. berwarna merah akibat zoo plankton yang jumlahnya minim akibat volume konsumsi lele yangcukup besar (karena lele bertambah besar dan jumlah pakan yang dibutuhkan maikn banyakl) dan kotoran lele yang jumlahnya besar.
b. Kolam mulai berbau sedikit menyengat.
c. Nafsu makan lele sedikit menurun.
Untuk menjaga stabilitas kolam yang mulai pekat tersebut, maka harus dilakukan proses pengenceran kolam. Pengenceran ini dilakukan dengan cara:
1. Memasukka nair steril (air sumur yang tidak tercampur limbah) ke dalam kolam dengan pembuangan air kolam yang mengalir, sehingga terjadi sirkulasi air yakni ketika air yang baru dari sumur tiba, air lama sebagian keluar. Pengenceran ini bisa dilakukan kapanpun, baik siang atau malam hari. Yang pasti, ketika kondisi air mulai bau, keruh, dan nafsu makan lele berkurang, maka saat itulah proses pengenceran ini dibutuhkan.
2. setelah pengenceran dilakukan, pada malam harinya berikan DJENIUS 21dengan takaran per meter perseginya 2-5 ml (setengah tutup botol DJENIUS 21). Misalnya, jika kolam berukuran 6x4, maka luasan perseginya adalah24 m2. Sehingga DJENIUS 21 yang dibutukan adalah antara 6-12 tutup botol.

III. PROSESPEMANENAN
Meskipun pemanenan adalah hal sepele, tetapi dalam budi daya lele organic, pemanenan harus dilakukan dengan teknik khusus. Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi lele ketika dipanen. Perlu dicatat bahwa lele yang siap panen pada dasarnya lele yang masih sangat muda, tetapi berukuran besar. Hal ini berbeda dengan teknik budi daya lele konvensional pada umumnya (yang membutuhkan waktu 3bulan) dimana lele yang dipanen berusia tua. Dalam panen usia muda ini, lele harus diperlakukan dengan hati-hati. Jika kurang hati-hati dalam teknin pemanenan ini, maka lele muda tersebut akan pucat dan mati ketika berada dipasar. Oleh karena itu, lele harus diperlakukan dengan teknik panen budidaya lele organik.
Cara memaneh lele organic adalah:
1. Ketika memanen, upayakan tidak mengurangi air kolam. Sehingga pemanen cukup langsung masuk ke dalam kolam dan menggunakan jaring untuk menangkap ikan.]
2. Ketikaikan terangkat oleh jaring, pindahkan ikan ke dalam wadah atau drum, atau wadah tertentu yang telah dipersiapkan untuk penampungan sementara sebelum diangkut ke pasar. Wadah/drum/penampungan sementara tersebut harus diisi denganair yang komposisinya adalah 50% berasal dari air kolam yang dipanen dan 50%lainnya adalah air sumur. Tujuannya adalah agar ikan lele yang dipanen bisa beradaptasi dengan dengan air lain sebelum dipindahkan ke air yang disediakan tengkulak/pembeli.
3. Ketika sebagian besar lele yang dikolam telah terangkat, baru kemudian air kolam dikurangi untuk memudahkan menangkap sisa-sia ikan yang belum terangkat.





BUDIDAYA LELE ORGANIS

Budidayalele organik adalah budidaya lele dengan menggunakan siklus hidup habitat lelealami dengan menambahkan teknologi mikroorganisme yang bermanfaat dalam kolam serta menggunakan mikroba probiotik melalui pakan untuk meningkatkan nilai gizi pakanyang diberikan.

TUJUAN
1. Untuk menyediakan kebutuhan gizi keluarga yangsehat dan aman dari zat-zat kimia yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
2. Menambah pendapatan keluarga karena dengan budidaya lele organis lebih mudah dilakukandan mempunyai nilai keuntungan yang cukup tinggi


KELEBIHAN BUDIDAYA LELE ORGANIS
1. Bisa dilaksanakan di sekitar pekarangan rumah ( tidak membutuhkan lahan yang luas).
2. Tidak membutuhkan sirkulasimaupun pergantian air setiap hari.
3. Menghemat pengeluaran pakan hingga 40% lebih jika dibandingkan dengan teknik budi daya konvensional.
4. Masa panen lebih cepat,yakni 45 hari dari benih ukuran ayak 10-12 atau ukuran 7-9 cm.
5. Rasa daging ikan lebih kesat dan gurih di banding dengan teknik konvensional, serta sehat untuk dikonsumsi.

KELEMAHAN BUDIDAYA LELE ORGANIK
1. Membutuhkan tempat terbuka yang 80 % terkena pancaran sinar matahari langsung.
2. Membutuhkan air sumur atau air mata air yang steril dari zat atau bahan Kimia apapun.